Selasa, 22 Mei 2012

FONOLOGI


SISTEM TULISAN
Guna Memenuhi Tugas Fonologi
Dosen Pengampu:  Drs. Agus Budi Wahyudi, M. Hum.














                         

Disusun Oleh:
Fredy Dwi Kurniawan              A310100074



PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
RANGKUMAN
Ø  Sejarah Tulisan
Menulis adalah salah satu bentuk budaya yang tercipta melalui proses-proses yang disebutkan. Penemuan lambang-lambang oral (huruf) yang bentuk akhirnya berupa tulisan, adalah suatu presentasi intelektual yang dicapai manusia dalam  peradaban masyarakat klasik. Dengan penemuan budaya tulisan dalam sistem budaya suatu masyarakat, tidak hanya akan menawarkan peningkatan dalam lapangan komunikasi saja, akan tetapi lebih jauh akan mempengaruhi  aspek-aspek budaya manusia itu secara keseluruhan. Hal-hal yang kita sebutkan terbukti dari beberapa kerajaan besar pada zaman purba. Seperti Mesir, Sumeria, Babyloni, Niniveh, China dan lain-lain, yang telah memperoleh kemajuan yang pesat di bidang peradaban dalam masa 10.000 tahun semenjak mereka menemukan tulisan.

Ø  Proses Pertumbuhan Tulisan
A.     Tulisan Gambar
Kebutuhan akan tulisan bagi masyarakat tradisional (primitif), dirasakan setelah komunikasi lisan tidak lagi memadai didalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan itu timbul ide sederhana untuk melambangkan setiap apa yang bisa mereka ucapkan, yaitu dengan cara menggambarkan setiap benda yang yang diucapkan.
Perlambangan dengan gambar kemudian mengalami keterbatasan. Oleh karena penggambaran itu hanya akan dapat dilakukan terhadap pengucapan yang berwujud kata benda atau mungkin kata kerja. Sedangkan untuk pengucapan yang bersifat abstrak tentu penggambarannya akan sulit dilakukan.
Tulisan gambar adalah proses pertama dari timbulnya tulisan pada masyarakat kuno, seperti Mesir, Sumeria, China, dan lain-lain, yang dianggap telah melahirkan bermacam-macam jenis tulisan yang ada di dunia hingga saat ini.
B.     Tulisan Rumus
Perkembangan selanjutnya ialah tulisan rumusan. Upaya yang dilakukan pertama adalah penggambaran terhadap pengucapan yang abstrak, seperti kata sifat dan keadaan, yaitu dengan menggabungkan beberapa buah gambar benda dan ditujukan untuk satu pengertian sifat atau keadaan. Menurut ahli proses kedua setelah tulisan gambar ialah, yaitu tulisan gambar yang telah dipermudah cara pembuatannya (disederhanakan), dimana penggambaran benda-benda atau peristiwa diwakili oleh tanda kanji tertentu dan masih bersifat konkrit.
C.     Tulisan Potongan
Proses Pictographic Writing seperti disebut diatas, merupakan proses ketiga yang ia sebut dengan tulisan potongan. Menurut Naji Zainudidin tulisan ini masih berbentuk gambar, akan tetapi sudah dipotong untuk kebutuhan pengungkapan satu suku kata.
D.    Tulisan Bunyi
Yaitu tulisan yang mempergunakan gambar sebagai lambang bunyi permulaan suatu suku kata pada kalimat. Proses ii juga disebut sebagai proses abstraksi yang pada dasarnya menemukan sifat atau peristiwa bunyi dan detail satu bunyi diwujudkan dengan suatu tanda.
E.      Alphabetis
Proses alphabetis merupakan tingkat pengabtraksian lebih lanjut dari proses-proses sebelumnya. Pada tingkat ini mulai dilakukan pemisahan tanda terhadap bunyi yang berbeda pada suatu suku kata itu. Dengan proses ini menjadi lengkaplah tercipta lambang dari setiap bunyi yang keluar dari mulut. Lambang-lambang itu kemudian disusun dan dibedakan antara lambang-lambang konsonan dan lambang vokal. Susunan lambang ini disebut dengan alphabet.
Dari uraian tersebut, ada dua alur proses yang secara umum telah ditempuh oleh masyarakat klasik adalam pengembangan pola penulisan mereka. Pertama, perkembangan tulisan yang mengarah pada pembentukan huruf-huruf alphabetis dan didasarkan pada nilai bunyi. Kedua, pengembangan tulisan yang tidak menekankan pada nilai bunyi dan tidak mengarah pada pembentukan alphabetis, akan tetapi tetap didasarkan pada lambang gambar dengan pemahaman makna dan pengertian lambang yang digambarkan disebut dengan pictografis ideografis.

Ø  Tulisan-tulisan Tertua
1.      Tulisan Sumeria
Dari penemuan-penemuan tertulis disekitar wilayah lembah Mesopotamia telah membuktikan bahwa orang-orang Sumeria yang mendiami  wilayah ini beberapa ribu tahun sebelum Masehi, telah mengunakan sejenis tulisan gambar. Dengan perkembangannya kemudian masyarakat Sumeria menggunakan tulisan Paku. Setidaknya proses ketiga setelah sebelumnya digunakan tulisan gambar. Pada dasarnya tulisan paku juga berawal dari tulisan gambar. Dari gambar yang telah disederhanakan pada bentuk paku.
2.      Tulisan Mesir Kuno
Seorang perwira insinyur melakukan penelitian dan menemukan sekeping batu berukir. Batu yang ditemukan memiliki tiga kelompok tulisan, pada bagian bawah, huruf-huruf Greek sebanyak 54 baris dan dan dua kelompok tulisan mesir kono. Pada bagian atas huruf-huruf Greek itu dapat dikenali dengan baik.
Sementara ada kelompok huruf yang terdapat kurung membujur dan pada beberapa bagian terdapat tulisan yang membentuk cakar ayam. Kemudian ada beberapa sarjana yang berhasil mengejan huruf-huruf pada kurung membujur itu dan diketahui bahwa itu adalah nam Ptolemy Ephipanes.
Jean Francois menghubungkan tulisan-tulisan yang terdapat pada batu yang ditemukan itu dengan inskripsi yang terdapat pada tiang Obelisk. Berkat studinya, akhirnya ia dapat memecahkan rumusan-rumusan tulisan Mesir Kuno yang dua macam itu. Kelompok tulisan pada bagian atas adalah tulisan Hierogliph, sedangkan kelompok tulisan pada bagian tengahnya adalah tulisan Demootic. Kedua tulisan ini dipakai secara bersamaan oleh rakyat Mesir untuk penggunaan yang berbeda.
Pada awalnya tulisan kuo di Mesir ini ditulis secara vertikal dari atas ke bawah dan sewaktu-waktu ditulis secara horizontal dari kiri ke kanan dan diikuti dari kanan ke kiri. Sedangkan masa terakhir, diketahui bahwa tulisan Hierogliph ditulis dari kiri ke kanan. Penggunaan papyrus sebagai media tulisan adalah sangat umum, terutama untuk tulisan Hieratic, sementara tulisan Hierogliph biasanya ditulis atau diukir di atas batu.
3.      Tulisan Tionghoa
Pada awal abad kedua puluh telah dilakukan penggalian di daerah Honan, sebuah daerah tua yang terletak di bagian utara sungai kuning. Sejumlah benda-benda purbakala, seperti tulang-tulang serta piring-piring yang terbuat dari kulit penyu, berhasil ditemukan pada penggalian ini. Tulisan ini dtulis oleh ahli nujum yang meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi.
Tulisan yang berupa goresan ini akhirnya dapat dirumuskan dan diklasifikasikan sebagai tulisan gambar, karena ternyata sebagian dari lambang yang dipakai masih berupa gambar konkrit, meskipun ada juga terdapat lambang gambar yang sudah disederhanakan.
Penggunaan media kulit penyu dan tulang-belulang, ternyata juga menuntun kemajuan yang lebih cepat dalam bidang penggunaan media tulis pada masyarakat Tionghoa. Belahan-belahan bambu dan kayu akhirnya menggantikan kulit penyu dan tulang, namun tetap dengan menggunakan besi panas sebagai alat tulisnya. Setelah bambu dan kayu dirasa kurang praktis dan berat, maka oarang Tionghoa beralih kepenggunaan kain sutera, setelah sebelumnya mereka menemukan cara pembuatan tinta, yaitu dengan menggunakan minyak rengas yang diberi hitam dengan jelaga.
4.      Aksara
Aksara adalah istilah bahasa Sansekerta akshra, untuk menyebut huruf atau abjad (bahasa arab) yang dimengerti sebagai lambang bunyi. Aksara adalah sebuah sistem penulisan suatu bahasa dengan menggunakan tanda-tanda simbol, sebuah alfabet, dan huruf. Istilah lain untuk menyebut aksara adalah huruf atau abjad yang dimengerti sebagai lambang bunyi sedangkan bunyi itu sendiri adalah lambang pengertian yang menurut catatan sejarah secara garis besar terdiri dari kategori:
a)      Piktografik antara lain aksara hieroglif Mesir, Tiongkok Purba
b)      Ideografik antara lainn aksara Tiongkok masa kemudian yang hasil goresannya tidak lagi dilihat melukis benda konkrit
c)      Silabik antara lain menggambarkan suku-suku kata seperti nampak pada aksara Dewanagari, pallawa Jawa, Arab, Katakana.
d)      Fonemik antara lain aksara Latin, Yunani, Rusia, Jerman
Di masa lampau aksara diwujudkan atau digambarkan dengan cara digores atau dipahat pada berbagai bahan keras seperti batu, logam, kayu, juga bahan-bahan lunak seperti daun atau nipah. Alat pemahat aksara disesuaikan dengan kadar kekerasan bahan yang dipergunakan yakni semacamtatah kecil menyudut tajam pada bagian ujungnya, atau semacam pisau kecil dibentuk melengkung, pipih, sangat tajam.
5.      Aksara-Aksara di Nusantara (Dwipantara)
Aksara disebarluaskan seiring dengan menyebarnya agama Budha, jenis aksara yang digunakan untuk menulis ajaran mantra-mantra suci atau teks-teksndengan jenis aksara yang dipakai disebut Sidhamatrika, disingkat Siddham.
Gaya dan jenis aksara sebagian besar mirip aksara pada sejumlah dokumen (sumber) tertulis di Sumatra dan Jawa mempergunakan jenis bahasa pengantar yang dikenal berkembang pada masing-masing daerah pendukung budaya. Inilah kenyataan bahwa gaya dan jenis suatu aksara di Nusantara memiliki Style dari itu pula tercerna unsur motif, unsur hubungan, dan unsur kualitas yang seluruhnya itu berakar pada inti budaya.
·        Dasar Ucapan
Pendek             Panjang
1.      Velar/laringal/guttural             a                     ã
2.      Labial                                      u                      û
3.      Palatal                                      i                       î
4.      Lingual/domal                         r                       ŗ
5.      Dental                                      l                       Ļ

·        Vokal Rangkap [diftong]
Semua panjang
1.        Gutturo palatal                   e          ai
2.        Gutturo labial                     o          au
    ŏ  atau eu

·      Vokal Perubahan
a.       Visagra       [h]
b.      Anusvaraabial  [ŋ]

·      Konsonan Dasar Ucapan
a.       Velar/laringal/uttural            k         kh        g          gh         ng
b.      Palatal                                  c          ch         j           jh         ny         y          š
c.       Lingual                                ţ           ţh         h          ņ          ŗ           ş
d.      Dental                                  t           th         d          dh        n          l           S
e.       Labial                                  p          ph        b          bh        m         w         h
Kemudian aksara yang berkembang adalah aksara Jawa yang terdiri dari 20 aksara :[ha]-[na]-[ca]-[ra]-[ka]
                 [da]-[ta]-[sa]-[wa]-[la]
                 [pa]-[dha]-[ja]-[ya]-[nya]
                 [ma]-[ga]-[ba]-[tha]-[nga]
Kemudian aksara Sunda yang berjumlah 18, dan bunyinya hampir sama dengan. aksara Jawa.      [ha]-[na]-[ca]-[ra]-[ka]
                                         [da]-[ta]-[sa]-[wa]-[la]
                                         [pa]-[ja]-[ya]-[nya]
                                         [ma]-[ga]-[ba]-[nga]

6.      Aksara-Aksara di Nusantara (Karya Seni Kebudayaan)
Di wilayah ini ditemukan sejumlah aktivitas budaya yang ditemukan paling menonjol adalah lukisa cadas (dengan pengecuali Sumatra dan Jawa) antara lain Sulawesi Selatan, Muna, Seram, Kei Kecil, Flores, Papua, Kalimantan Timur dan Barat dan secara kronologi motif menunjukan ada urutan yang dapat ditelusuri. Motif-motif lukisannya adalah manusia, kuda, perahu, dan lambang-lambang tertentu, secra universal disebut geometris.
Lukisan gambar tersebut ada yang dipahatkan secara disemprot sesuai cairan berwarna, dicap. Sebagian besar tema dipilih mengandung unsur kongnitif dan erat kaitannya dengan unsur kesuburan, persatuan antara sesama, keselarasan dan keseimbangan dengan alam dan Sang Cipta.
Gambar atau lukisan tersebut digolongkan kedalam kategori jenis pikto-grafik seperti peradapan Mesir Purba dan Tiongkok kuno berupa gambar atau lukisan konkrit dan melalui perkembangan waktu beralih kepada Ideologi berbeda hal dengan usantara yang mengambil bentuk Silabik.
7.      Piktogram
Piktogram adalah suatu ideogram yang menyampaikan suatu makna melalui penampakan gambar yang menyerupai atau meniru keadaan fisik objek yang sebenarnya. Tanda atau gambar yang termasuk piktigram disebut piktograf. Contoh:  suatu piktograf meliputi gambar-gambar kuno dan lukisan prasejarah yang ditemukan dalam dinding gua. Piktograf juga digunakan dalam menulis dan sistem grafis.
8.      Ideogram
Ideogram adalah simbol grafis yang mewakili ide daripada sekelompok huruf. Para ahli berpendapat bahwa ideogram  telah dipakai sejak zaman purbakala di dataran Eropa  dan tetap menjadi bagian dari budaya manusia lebih dari 3000 tahun.
Ideogram ini dalam berbagai budaya memiliki arti yang kurang llebih sama. Keabadian, kesejahteraan  dan erat hubungannya dengan keseimbangan unsur hubungan ketuhanan dengan hubungan sesama. Dalam beberapa budaya, ideogram ini  dilambangkan sebagai icon Dewa Matahari dan Dewa Petir.

Ø  Jenis Tulisan
1.      Alfabetis
2.      Grafem
3.      Piktograf
4.      Logograf
5.      Ideograf
6.      Alograf
7.      Silabel
Ø  Tidak ada tulisan yang sempurna dalam suatu bahasa. Sebab tidak ada tulisan yang sempurna di dunia ini. Orang menganggap tulisan suatu bahasa itu sempurna, jika hanya beberapa orang saja yang menganggap maka tulisan tersebut tidak bisa dikatakan sempurna. Namun, ada pedoman tulisan untuk menulis sebuah bahasa yang baik dan benar. Meskipun hasil tulisan nanti tidak dikatakan sempurna.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar