SISTEM TULISAN
Guna
Memenuhi Tugas Fonologi
Dosen
Pengampu: Drs. Agus Budi Wahyudi, M. Hum.
Disusun
Oleh:
Fredy Dwi Kurniawan A310100074
PENDIDIKAN BAHASA
SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
RANGKUMAN
Ø Sejarah Tulisan
Menulis adalah salah satu bentuk budaya
yang tercipta melalui proses-proses yang disebutkan. Penemuan lambang-lambang
oral (huruf) yang bentuk akhirnya berupa tulisan, adalah suatu presentasi
intelektual yang dicapai manusia dalam
peradaban masyarakat klasik. Dengan penemuan budaya tulisan dalam sistem
budaya suatu masyarakat, tidak hanya akan menawarkan peningkatan dalam lapangan
komunikasi saja, akan tetapi lebih jauh akan mempengaruhi aspek-aspek budaya manusia itu secara
keseluruhan. Hal-hal yang kita sebutkan terbukti dari beberapa kerajaan besar
pada zaman purba. Seperti Mesir, Sumeria, Babyloni, Niniveh, China dan
lain-lain, yang telah memperoleh kemajuan yang pesat di bidang peradaban dalam
masa 10.000 tahun semenjak mereka menemukan tulisan.
Ø Proses Pertumbuhan Tulisan
A.
Tulisan
Gambar
Kebutuhan
akan tulisan bagi masyarakat tradisional (primitif), dirasakan setelah
komunikasi lisan tidak lagi memadai didalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dengan itu timbul ide sederhana untuk melambangkan setiap apa yang bisa mereka
ucapkan, yaitu dengan cara menggambarkan setiap benda yang yang diucapkan.
Perlambangan
dengan gambar kemudian mengalami keterbatasan. Oleh karena penggambaran itu hanya
akan dapat dilakukan terhadap pengucapan yang berwujud kata benda atau mungkin
kata kerja. Sedangkan untuk pengucapan yang bersifat abstrak tentu
penggambarannya akan sulit dilakukan.
Tulisan
gambar adalah proses pertama dari timbulnya tulisan pada masyarakat kuno,
seperti Mesir, Sumeria, China, dan lain-lain, yang dianggap telah melahirkan
bermacam-macam jenis tulisan yang ada di dunia hingga saat ini.
B.
Tulisan
Rumus
Perkembangan
selanjutnya ialah tulisan rumusan. Upaya yang dilakukan pertama adalah
penggambaran terhadap pengucapan yang abstrak, seperti kata sifat dan keadaan,
yaitu dengan menggabungkan beberapa buah gambar benda dan ditujukan untuk satu
pengertian sifat atau keadaan. Menurut ahli proses kedua setelah tulisan gambar
ialah, yaitu tulisan gambar yang telah dipermudah cara pembuatannya
(disederhanakan), dimana penggambaran benda-benda atau peristiwa diwakili oleh
tanda kanji tertentu dan masih bersifat konkrit.
C.
Tulisan
Potongan
Proses
Pictographic Writing seperti disebut diatas, merupakan proses ketiga yang ia
sebut dengan tulisan potongan. Menurut Naji Zainudidin tulisan ini masih
berbentuk gambar, akan tetapi sudah dipotong untuk kebutuhan pengungkapan satu
suku kata.
D.
Tulisan
Bunyi
Yaitu
tulisan yang mempergunakan gambar sebagai lambang bunyi permulaan suatu suku
kata pada kalimat. Proses ii juga disebut sebagai proses abstraksi yang pada
dasarnya menemukan sifat atau peristiwa bunyi dan detail satu bunyi diwujudkan
dengan suatu tanda.
E. Alphabetis
Proses
alphabetis merupakan tingkat pengabtraksian lebih lanjut dari proses-proses
sebelumnya. Pada tingkat ini mulai dilakukan pemisahan tanda terhadap bunyi
yang berbeda pada suatu suku kata itu. Dengan proses ini menjadi lengkaplah
tercipta lambang dari setiap bunyi yang keluar dari mulut. Lambang-lambang itu
kemudian disusun dan dibedakan antara lambang-lambang konsonan dan lambang
vokal. Susunan lambang ini disebut dengan alphabet.
Dari
uraian tersebut, ada dua alur proses yang secara umum telah ditempuh oleh
masyarakat klasik adalam pengembangan pola penulisan mereka. Pertama, perkembangan tulisan yang
mengarah pada pembentukan huruf-huruf alphabetis dan didasarkan pada nilai
bunyi. Kedua, pengembangan tulisan
yang tidak menekankan pada nilai bunyi dan tidak mengarah pada pembentukan
alphabetis, akan tetapi tetap didasarkan pada lambang gambar dengan pemahaman
makna dan pengertian lambang yang digambarkan disebut dengan pictografis
ideografis.
Ø Tulisan-tulisan Tertua
1.
Tulisan
Sumeria
Dari
penemuan-penemuan tertulis disekitar wilayah lembah Mesopotamia telah
membuktikan bahwa orang-orang Sumeria yang mendiami wilayah ini beberapa ribu tahun sebelum
Masehi, telah mengunakan sejenis tulisan gambar. Dengan perkembangannya
kemudian masyarakat Sumeria menggunakan tulisan Paku. Setidaknya proses ketiga
setelah sebelumnya digunakan tulisan gambar. Pada dasarnya tulisan paku juga
berawal dari tulisan gambar. Dari gambar yang telah disederhanakan pada bentuk
paku.
2.
Tulisan
Mesir Kuno
Seorang
perwira insinyur melakukan penelitian dan menemukan sekeping batu berukir. Batu
yang ditemukan memiliki tiga kelompok tulisan, pada bagian bawah, huruf-huruf
Greek sebanyak 54 baris dan dan dua kelompok tulisan mesir kono. Pada bagian
atas huruf-huruf Greek itu dapat dikenali dengan baik.
Sementara
ada kelompok huruf yang terdapat kurung membujur dan pada beberapa bagian
terdapat tulisan yang membentuk cakar ayam. Kemudian ada beberapa sarjana yang
berhasil mengejan huruf-huruf pada kurung membujur itu dan diketahui bahwa itu
adalah nam Ptolemy Ephipanes.
Jean
Francois menghubungkan tulisan-tulisan yang terdapat pada batu yang ditemukan
itu dengan inskripsi yang terdapat pada tiang Obelisk. Berkat studinya,
akhirnya ia dapat memecahkan rumusan-rumusan tulisan Mesir Kuno yang dua macam
itu. Kelompok tulisan pada bagian atas adalah tulisan Hierogliph, sedangkan
kelompok tulisan pada bagian tengahnya adalah tulisan Demootic. Kedua tulisan
ini dipakai secara bersamaan oleh rakyat Mesir untuk penggunaan yang berbeda.
Pada
awalnya tulisan kuo di Mesir ini ditulis secara vertikal dari atas ke bawah dan
sewaktu-waktu ditulis secara horizontal dari kiri ke kanan dan diikuti dari
kanan ke kiri. Sedangkan masa terakhir, diketahui bahwa tulisan Hierogliph
ditulis dari kiri ke kanan. Penggunaan papyrus sebagai media tulisan adalah
sangat umum, terutama untuk tulisan Hieratic, sementara tulisan Hierogliph
biasanya ditulis atau diukir di atas batu.
3.
Tulisan
Tionghoa
Pada
awal abad kedua puluh telah dilakukan penggalian di daerah Honan, sebuah daerah
tua yang terletak di bagian utara sungai kuning. Sejumlah benda-benda
purbakala, seperti tulang-tulang serta piring-piring yang terbuat dari kulit
penyu, berhasil ditemukan pada penggalian ini. Tulisan ini dtulis oleh ahli
nujum yang meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi.
Tulisan
yang berupa goresan ini akhirnya dapat dirumuskan dan diklasifikasikan sebagai
tulisan gambar, karena ternyata sebagian dari lambang yang dipakai masih berupa
gambar konkrit, meskipun ada juga terdapat lambang gambar yang sudah
disederhanakan.
Penggunaan
media kulit penyu dan tulang-belulang, ternyata juga menuntun kemajuan yang
lebih cepat dalam bidang penggunaan media tulis pada masyarakat Tionghoa.
Belahan-belahan bambu dan kayu akhirnya menggantikan kulit penyu dan tulang,
namun tetap dengan menggunakan besi panas sebagai alat tulisnya. Setelah bambu
dan kayu dirasa kurang praktis dan berat, maka oarang Tionghoa beralih
kepenggunaan kain sutera, setelah sebelumnya mereka menemukan cara pembuatan
tinta, yaitu dengan menggunakan minyak rengas yang diberi hitam dengan jelaga.
4.
Aksara
Aksara
adalah istilah bahasa Sansekerta
akshra, untuk menyebut huruf atau abjad (bahasa arab) yang dimengerti sebagai
lambang bunyi. Aksara adalah sebuah sistem penulisan suatu bahasa dengan
menggunakan tanda-tanda simbol, sebuah alfabet, dan huruf. Istilah lain untuk
menyebut aksara adalah huruf atau abjad yang dimengerti sebagai lambang bunyi
sedangkan bunyi itu sendiri adalah lambang pengertian yang menurut catatan
sejarah secara garis besar terdiri dari kategori:
a) Piktografik
antara lain aksara hieroglif Mesir,
Tiongkok Purba
b) Ideografik
antara lainn aksara Tiongkok masa kemudian yang hasil goresannya tidak lagi
dilihat melukis benda konkrit
c) Silabik
antara lain menggambarkan suku-suku kata seperti nampak pada aksara Dewanagari,
pallawa Jawa, Arab, Katakana.
d) Fonemik
antara lain aksara Latin, Yunani, Rusia, Jerman
Di
masa lampau aksara diwujudkan atau digambarkan dengan cara digores atau dipahat
pada berbagai bahan keras seperti batu, logam, kayu, juga bahan-bahan lunak
seperti daun atau nipah. Alat pemahat aksara disesuaikan dengan kadar kekerasan
bahan yang dipergunakan yakni semacamtatah kecil menyudut tajam pada bagian
ujungnya, atau semacam pisau kecil dibentuk melengkung, pipih, sangat tajam.
5.
Aksara-Aksara
di Nusantara (Dwipantara)
Aksara
disebarluaskan seiring dengan menyebarnya agama Budha, jenis aksara yang
digunakan untuk menulis ajaran mantra-mantra suci atau teks-teksndengan jenis
aksara yang dipakai disebut Sidhamatrika, disingkat Siddham.
Gaya
dan jenis aksara sebagian besar mirip aksara pada sejumlah dokumen (sumber)
tertulis di Sumatra dan Jawa mempergunakan jenis bahasa pengantar yang dikenal
berkembang pada masing-masing daerah pendukung budaya. Inilah kenyataan bahwa
gaya dan jenis suatu aksara di Nusantara memiliki Style dari itu pula tercerna
unsur motif, unsur hubungan, dan unsur kualitas yang seluruhnya itu berakar
pada inti budaya.
·
Dasar
Ucapan
Pendek Panjang
1.
Velar/laringal/guttural a
ã
2.
Labial
u û
3.
Palatal
i î
4.
Lingual/domal r ŗ
5.
Dental l Ļ
·
Vokal
Rangkap [diftong]
Semua
panjang
1.
Gutturo
palatal e ai
2.
Gutturo
labial o au
ŏ atau eu
· Vokal Perubahan
a.
Visagra [h]
b.
Anusvaraabial [ŋ]
· Konsonan Dasar Ucapan
a.
Velar/laringal/uttural k kh g gh ng
b.
Palatal
c ch j jh ny y š
c.
Lingual ţ ţh h ņ ŗ ş
d.
Dental t th d dh n l S
e.
Labial p ph b bh m w h
Kemudian aksara
yang berkembang adalah aksara Jawa yang terdiri dari 20 aksara
:[ha]-[na]-[ca]-[ra]-[ka]
[da]-[ta]-[sa]-[wa]-[la]
[pa]-[dha]-[ja]-[ya]-[nya]
[ma]-[ga]-[ba]-[tha]-[nga]
Kemudian aksara
Sunda yang berjumlah 18, dan bunyinya hampir sama dengan. aksara Jawa. [ha]-[na]-[ca]-[ra]-[ka]
[da]-[ta]-[sa]-[wa]-[la]
[pa]-[ja]-[ya]-[nya]
[ma]-[ga]-[ba]-[nga]
6.
Aksara-Aksara
di Nusantara (Karya Seni Kebudayaan)
Di
wilayah ini ditemukan sejumlah aktivitas budaya yang ditemukan paling menonjol
adalah lukisa cadas (dengan pengecuali Sumatra dan Jawa) antara lain Sulawesi
Selatan, Muna, Seram, Kei Kecil, Flores, Papua, Kalimantan Timur dan Barat dan
secara kronologi motif menunjukan ada urutan yang dapat ditelusuri. Motif-motif
lukisannya adalah manusia, kuda, perahu, dan lambang-lambang tertentu, secra
universal disebut geometris.
Lukisan
gambar tersebut ada yang dipahatkan secara disemprot sesuai cairan berwarna,
dicap. Sebagian besar tema dipilih mengandung unsur kongnitif dan erat
kaitannya dengan unsur kesuburan, persatuan antara sesama, keselarasan dan
keseimbangan dengan alam dan Sang Cipta.
Gambar
atau lukisan tersebut digolongkan kedalam kategori jenis pikto-grafik seperti
peradapan Mesir Purba dan Tiongkok kuno berupa gambar atau lukisan konkrit dan
melalui perkembangan waktu beralih kepada Ideologi berbeda hal dengan usantara
yang mengambil bentuk Silabik.
7.
Piktogram
Piktogram
adalah suatu ideogram yang menyampaikan suatu makna melalui penampakan gambar
yang menyerupai atau meniru keadaan fisik objek yang sebenarnya. Tanda atau
gambar yang termasuk piktigram disebut piktograf. Contoh: suatu piktograf meliputi gambar-gambar kuno
dan lukisan prasejarah yang ditemukan dalam dinding gua. Piktograf juga
digunakan dalam menulis dan sistem grafis.
8.
Ideogram
Ideogram
adalah simbol grafis yang mewakili ide daripada sekelompok huruf. Para ahli
berpendapat bahwa ideogram telah dipakai
sejak zaman purbakala di dataran Eropa
dan tetap menjadi bagian dari budaya manusia lebih dari 3000 tahun.
Ideogram
ini dalam berbagai budaya memiliki arti yang kurang llebih sama. Keabadian,
kesejahteraan dan erat hubungannya
dengan keseimbangan unsur hubungan ketuhanan dengan hubungan sesama. Dalam
beberapa budaya, ideogram ini
dilambangkan sebagai icon Dewa
Matahari dan Dewa Petir.
Ø Jenis Tulisan
1.
Alfabetis
2.
Grafem
3.
Piktograf
4.
Logograf
5.
Ideograf
6.
Alograf
7.
Silabel
Ø Tidak ada tulisan yang sempurna dalam suatu bahasa. Sebab tidak ada
tulisan yang sempurna di dunia ini. Orang menganggap tulisan suatu bahasa itu
sempurna, jika hanya beberapa orang saja yang menganggap maka tulisan tersebut
tidak bisa dikatakan sempurna. Namun, ada pedoman tulisan untuk menulis sebuah
bahasa yang baik dan benar. Meskipun hasil tulisan nanti tidak dikatakan
sempurna.